Jumat, 09 Maret 2012

Yuk, Mengakrabi Kamus Bahasa Indonesia …

Anda orang Indonesia? Sudah berapa lama Anda mengenal bahasa Indonesia? Sudah berapa tahun Anda belajar bahasa Indonesia? Apakah Anda masih bingung dan ragu-ragu untuk memilih bentuk kata yang baku ketika dihadapkan dengan kata-kata berikut?
besok – besuk;        paham – faham;      pikir – fikir;       salat – shalat – sholat;
menyontek – mencontek;        memesona – mempesona;      mengubah – merubah
olahraga – olah raga;       saputangan – sapu tangan;      narasumber – nara sumber
kamus-besar-bahasa-indonesiaYa, barangkali banyak orang Indonesia, yang merupakan penutur bahasa Indonesia, masih bingung untuk memilih bentuk baku dari kata-kata tersebut. Memang, bukan hal baru bila masyarakat Indonesia kurang memahami bentuk-bentuk baku bahasa Indonesia. Mengapa hal itu bisa terjadi? Tentu bukan rahasia lagi bila masih banyak orang Indonesia yang kurang peduli, masih menganggap remeh, dan merasa tidak perlu serius mempelajari bahasa Indonesia. Menurut mereka, yang penting bisa saling mengerti dan memahami ketika berkomunikasi. Anggapan semacam ini tentu tidak terlalu menjadi masalah dalam bahasa lisan. Namun, akan menjadi masalah besar bila digunakan dalam bahasa tulis.
Sikap kurang peduli terhadap bahasa Indonesia ini akhirnya juga mengakibatkan  banyak orang Indonesia yang kehilangan keakrabannya dengan perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Sehingga mereka sering bingung dan keliru ketika dihadapkan pada kata-kata sebagaimana contoh di atas. Banyak orang Indonesia yang tidak mau mengakrabi kamus bahasa Indonesia yang menjadi acuan utama untuk mengetahui dan memahami kosakata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangankan mengakrabi, menyentuh saja barangkali tidak pernah. Bahkan, banyak orang Indonesia yang mempunyai bermacam-macam kamus bahasa asing, tetapi TIDAK MEMILIKI satu pun kamus bahasa Indonesia. Seolah-olah seluruh kosa kata bahasa Indonesia telah dikuasainya dengan baik. (Coba Anda cek di rumah Anda, adakah kamus bahasa Indonesia di sana?).
Kebingungan di atas mungkin masih akan berlanjut ketika harus memilih kata-kata yang serupa tapi tak sama untuk digunakan dalam kalimat. Misalnya kata pemenang – juara; pertandingan – perlombaan; petinju – peninju; petambak – penambak; dan sebagainya. Juga kata-kata serapan seperti: zaman – jaman; standardisasi – standarisasi; aktivitas – aktifitas; dan sebagainya.
Atau juga kata-kata yang sering terbolak-balik maknanya. Seperti kata “bergeming” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna ”tidak bergerak sedikit pun, diam saja”, tetapi sering diartikan ”bergerak”. Sebagaimana terlihat dalam kalimat berikut.
Para demonstran tidak bergeming meski terik matahari membakar kepala. (salah)
Bila dicermati, “tidak bergeming” dalam kalimat tersebut menjadi bermakna “tidak diam saja” atau “bergerak”. Kalimat yang benar seharusnya berbunyi:
Para demonstran bergeming meski terik matahari membakar kepala. (benar)
Demikian juga kata acuh yang dalam KBBI bermakna ”peduli”, tetapi dalam pemakaiannya sering diartikan ”tidak peduli”. Masih ingatkah Anda dengan lirik lagu populer dari grup band d’Masiv Cinta Ini Membunuhku yang berbunyi sebagai berikut.
Kau membuat ku berantakan
Kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya
Kau menolakku acuhkan diriku
Dalam lirik lagu tersebut terlihat bahwa kata ”acuh” dimaknai sebagai ”tidak peduli”. Sebab tentu tak mungkin terjadi menolak, tapi mengacuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Posting Baru Posting Lama ►
 

Berita Luar Negeri

Comment

Copyright © 2012. smpn 2 warungkiara - All Rights Reserved B-Seo Versi 4 by Bamz